Kamis, 28 Oktober 2010

BERSYUKUR


Nabi Musa mempunyai umat yang sangat banyak dan umur mereka panjang-panjang. Diantara mereka ada yang kaya, adapula yang miskin. Pada suatu hari ada seorang yang miskin datang menghadap Nabi Musa as. Begitu miskin keadaannya, pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh. Si Miskin kemudian berkata kepada Nabi Musa as,”Ya Nabi Allah, Kalamullah, tolong sampaikan kepada Allah SWT. permohonanku ini, agar Allah menjadikan aku orang yang kaya.”

Nabi Musa tersenyum dan berkata kepada orang itu,”Saudara, banyak-banyaklah kamu bersyukur kepada Allah SWT.”

Mendengar jawaban tersebut Si Miskin terkejut dan kesal, lalu ia berkata,”Bagaimana aku bisa banyak bersyukur, makan saja aku jarang, pakaian yang aku kenakan saja hanya satu lembar ini saja.”

Akhirnya Si Miskin itu pulang tanpa mendapatkan apa yang diinginkannya. Beberapa waktu kemudian, datang seorang kaya menghadap Nabi Musa as. Orang tersebut bersih badannya, dan rapi pakaiannya. Ia berkata kepada Nabi Musa as,”Wahai Nabi Allah, tolong sampaikan kepada Allah SWT. permohonanku ini, agar dijadikan aku ini menjadi orang yang msikin. Terkadang aku merasa terganggu dengan hartaku yang melimpah.”

Nabi Musa pun tersenyum, lalu berkata,”Wahai saudaraku, janganlah kamu banyak bersyukur kepada Allah SWT.”

Orang itu segera menjawab,”Ya Nabi Allah, bagaimana aku tidak bersyukur kepada Allah ? Allah telah memberiku mata yang dengannya aku bisa melihat, telingan yang dengannya aku bisa mendengar. Allah telah memberikanku tangan yang dengannya aku dapat bekerja dan telah memberikanku kaki yang dengannya aku bisa berjalan. Bagaimana mungkin aku tidak mensyukurinya ?”

Akhirnya Si Kaya itu pulang ke rumahnya. Apa yang terjadi kemudian ? Si Kaya semakin kaya, karean pandai bersyukur, sedangkan Si Miskin menjadi semakin miskin. Allah mengambil semua kenikmatan-Nya sehingga Si Miskin itu tidak memiliki selembar pakaian pun yang melekat di tubuhnya., karena ia tidak pandai bersyukur kepada Allah.

Sumber : “Kisah-kisah sufistik, ISA & orang-orang yang bimbang”, Pernerbit : Harmonia, Yogyakarta : Agustus 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar